Sabtu, 26 April 2008

Ujian Nasional: antara nilai dan kejujuran

Ujian Nasional telah berjalan selama tiga hari (22 -24 April 2008) melalui pemantauan dan penjagaan yang sangat ketat. di antara pro dan kontra ujian nasional, namun pemerintah tetap "keukeh" melaksanakannya dengan standar yang lebih tinggi dari tahun lalu.
Ujian Nasional yang telah berjalan selama ini lebih mengandalkan nilai. Hal ini tentu saja akan menjadikan siswa-siswa kita tidak jujur terhadap diri sediri. Jika ini berlanjut terus menerus tentu saja akan mengkhawatirkan generasi yang akan datang. Hal ini patut mendapat perhatian yang serius.
Kondisi pendidikan kita selama ini lebih kepada pembelajaran transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Tolok ukur yang digunakan untuk menilai keberhasilan proses pendidikan pun lebih didominasi oleh besaran angka-angka dan peringkat siswa di sekolah. Hal ini tentu dapat memotifasi siswa lebih giat belajar tetapi dapat juga menjadikan siswa menempuh jalan yang instan asal hasilnya baik, seperti menyontek atau mencari bocoran soal (Republika, April 2008)
Seperti yang kita lihat di sebuah televisi swasta bagaimana jalan yang ditempuh siswa untuk mencari kunci jawaban, bahkan lebih dari itu oknum-oknum dengan notabene adalah pendidik juga melakukannya demi nilai tinggi.
Ujian nasional tidak hanya membebani siswa tapi juga orang tua dan guru. Lulus dengan nilai yang tinggi tidak hanya kebanggan siswa itu sendiri tapi juga orang tua begitu juga sebagai prestasi guru dalam mengajar.Dari sini kita bisa memantau harapan yang ingin dicapai. Siswa lulus dengan nilai yang tinggi atau siswa lulus dengan kejujuran. Pada akhirnya mengedepankan sikap jujur adalah hal utama dalam keberhasilan. Perhatian terhadap UN tidak hanya terfokus pada tingginya angka-angka tapi juga proses yag dilakukan siswa dalam mengerjakan soal-soal selama ujian brlangsung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.